Sejarah Merah Mersa



Kampung Merah Mersa berada di jantung kota Takengon dan didalam wilayahnya berlokasi beberapa kantor instansi pemerintah kabupaten Aceh Tengah diantaranya Pendopo Bupati Kabupaten Aceh Tengah, Baitul Mal Kabupaten Aceh Tengah, Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Aceh Tengah, Bawaslu Kabupaten Aceh Tengah dan Sekretariat KONI Kabupaten Aceh Tengah . Di wilayah kampung Merah Mersa juga berlokasi Masjid \\\\\\\\\\\\\\\"Agung Ruhama” Takengon dan beberapa sekolah diantaranya SMPN 1 Takengon, SDN 8 Lut Tawar dan SDN 9 Lut Tawar. Di kawasan kampung Merah Mersa juga terdapat markas Komando Rayon Militer (Koramil) 03/Lut Tawar, Asrama Kodim 0106 Takengon serta beberapa destinasi kuliner masyarakat Takengon dan sekitarnya. Keberadaan kampung ini tak terlepas dari adanya pemekaran kampung Takengon Barat pada tahun 2009, yaitu bersamaan dengan munculnya beberapa kampung baru lainnya di wilayah Kecamatan Lut Tawar Kabupaten Aceh Tengah. Sebelum pemekaran kampung Merah Mersa merupakan bagian dari kewilayahan dusun III kampung Takengon Barat.

Nama Merah Mersah sebagai nama kampung diambil dari salah satu nama tokoh besar, serang raja bernama Muyang Mersah, beliau merupakan tokoh yang berpengaruh dan merupakan keturunan para raja, dimana hal tersebut dapat ditelisik dari tabalan “Merah” pada penggalan nama depannya dan Muyang Mersah sendiri diyakini hidup dan tinggal diseputaran wilayah kantor bupati sekarang ini. Beberapa keyakinan juga muncul yang meyakini bahwa Muyang Mersah semasa hidupnya pernah tinggal di areal pendopo bupati bahkan dimakamkan di areal pendopo bupati. Diakui pula bahwa makam Muyang Mersah yang berada di areal pendopo bupati saat ini dalam kondisi terawat dengan baik.

Muyang Mersah sebagai raja dikenal memiliki pengaruh yang kuat di Aceh, beliau menjadi salah satu hamba Allah yang memiliki kedudukan penting dalam lingkungan kerajaan Aceh, bahkan disebut-sebut setara kedudukannya dengan Merah Silu atau nama lain dari Sultan Malikul Saleh, raja kerajaan Pase di pesisir Aceh.

Merah Silu atau Sultan Malikulsaleh dikenal memiliki pengaruh yang besar dalam pengembangan dan penyebaran agama Islam di Nusatara. Dan dari nama tabalan depan “Merah” dikedua nama raja tersebut dapat dikonfirmasi dan diakui oleh masyarakat dataran tinggi Gayo bahwa keduanya lahir dari orang tua yang sama atau kedua raja merupakan saudara satu keturunan.

Seorang lagi dari tokoh yang memiliki gelar yang sama dan diyakini masih satu keturunan dengan kedua raja, Merah Silu dan Muyang Mersah, adalah Merah Djohan yang merupakan sultan pertama kerajaan Aceh Darussalam. Merah Djohan dikenal memiliki peran besar dalam peperangan melawan Inggris di perairan Selat Malaka, ketika kerajaan Melayu Malaysia terjepit oleh tekanan asing.

Berdasarkan latar belakang sebagaimana tersebut diatas dan aspirasi dari masyarakat pada saat penggodokan pemekaran ketika itu, yang mengusulkan bahwa wilayah kampung baru yang dibentuk nantinya diberi nama sesuai dengan tokoh-tokoh bersejarah di Merah Mersa, yang pada akhirnya usulan penamaan wilayah kampung yang baru itupun diterima dan disetujui.

Masyarakat kampung Merah Mersa merupakan masyarakat yang heterogen yaitu masyarakat yang terdiri dari berbagai macam etnis, suku, ras dan agama. Penduduk Merah Mersa memiliki beragam latar belakang suku diantaranya : Suku Gayo, Suku Jawa, Suku Aceh, Suku Batak, Suku Padang dan sebagian lainnya adalah keturunan Tionghoa. Iklim masyarakat majemuk yang telah tumbuh sejak lama didasari oleh kesamaan perasaan anti penjajahan terutama pada masa-masa awal kemerdekaan sangat berpengaruh pada pola hidup rukun secara berdampingan dan damai diantara penduduk yang berasal dari beragam latar belakang tersebut.



Merah Mersa

Alamat
Jl. Sentosa Gg. Kantor Reje No.1, Kp. Merah Mersa
Phone
Telp. 082122200161, Fax. -
Email
[email protected]
Website
merahmersa.sigapaceh.id

Kontak Kami

Silahkan Kirim Tanggapan Anda Mengenai Website ini atau Sistem Kami Saat Ini.

Total Pengunjung

14.783